Leicester pantas kecewa dengan kegagalan menang saat menjamu Atletico Madrid, Rabu (19/4/2017) dinihari WIB tadi. Hasil imbang 1-1 tak cukup untuk membalikkan keadaan setelah kalah di pertemuan pertama 0-1.
Di balik kekecewaan yang dirasakan Jamie Vardy dkk, mereka pantas merasa bangga. Sebagaimana dikatakan oleh Craig Shakespeare, Leicester tersingkir dengan kepala tegak. Kalau menyimak apa yang sudah dilakukan klub tersebut di musim debutnya di Liga Champions, satu kata untuk mereka adalah 'luar biasa'.
Banyak yang memprediksi Leicester akan terseok setelah mereka mulai merasakan gemerlap kompetisi Liga Champions. Leicester memang bukan siapa-siapa, bahkan untuk dibandingkan dengan para pesaingnya di fase grup (Porto, Copenhagen, dan Club Grugge) yang sudah pernah merasakan berlaga di kasta teratas kompetisi antarklub Eropa itu.
Tapi siapa sangka Leicester bisa membuat kejutan-kejutan lain - melanjutkan keberhasilan menjuarai Premier League musim lalu. Masih di bawah asuhan Claudio Ranieri, Leicester jadi juara grup. Empat kemenangan dan masing-masing sekali imbang serta kalah sama sekali bukan hasil yang buruk.
Yang menarik lagi, Leicester melewati itu semua saat kondisi mereka di EPL English Premier League tengah compang-camping. Leicester sempat mendekati zona degradasi. Dibarengi dengan kekalahan 1-2 atas Sevilla di leg pertama babak 16 besar, Ranieri-pun diberhentikan dari posisinya.
Leicester lantas mengalami kebangkitan setelah Shakespeare datang. Kemenangan beruntun didapat, termasuk unggul 2-0 atas Sevilla saat main di King Power Stadium untuk merebut tiket ke babak delapan besar.
Tentu Leicester pun menjadi penyelamat wajah sepakbola Inggris karena mereka satu-satunya yang bisa lolos ke perempatfinal. Tottenham Hotspur lebih dulu terdepak di fase grup, sementara Arsenal dan Manchester City tak bisa melangkah lebih jauh dari 16 besar.
Kejutan lain sepertinya akan dibuat leicester saat mereka hanya kalah 0-1 dalam lawatan ke Atletico Madrid. Itu jelas bukan hasil sembarangan mempertimbangkan Los Colchoneros adalah finalis musim lalu.
Tapi perjalanan 'Fox Si Rubah' ternyata harus terhenti di tangan Atletico. Leicester berhasil mempertahankan rekor tidak kalah di kandang pada ajang Liga Champions, tapi hasil imbang 1-1 tak cukup.
0 comments:
Post a Comment